Mungkin tidak asing bagi kita dengan istilah weton, terutama yang tinggal di Jawa.
Dalam budaya Jawa, weton atau neptu gabungan antara hari lahir dan pasaran, sampai sekarang masih sering dijadikan panduan, terutama soal pernikahan. Banyak orang percaya bahwa weton bisa memberi petunjuk soal karakter, kecocokan jodoh, dan potensi dalam rumah tangga [1].
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa weton masih dianggap penting untuk menentukan waktu pernikahan yang “harmonis”. Selain itu, weton juga dianggap bagian dari warisan leluhur yang punya nilai spiritual dan budaya [2].
Tapi, kalau pasangan punya neptu yang berbeda atau misalnya hasil dari kombinasi diperoleh “padu” dalam acuan perhitungannya, hubungan bisa lebih menantang. Contohnya, pasangan dengan karakter satu yang cenderung tenang dan pendiam, berpasangan dengan karakter yang lebih reaktif dan emosional. Kalau tidak saling memahami, potensi benturan batin dan konflik bisa muncul [3].
Penelitian ini ingin melihat kombinasi weton “padu” dari dua sisi: budaya Jawa dan psikologi hubungan. Tujuannya supaya kita bisa lebih memahami bagaimana tradisi weton masih mempengaruhi persepsi kecocokan pasangan, tapi juga bagaimana pasangan bisa menjaga keharmonisan dengan komunikasi dan pemahaman diri [4].
Karakter Weton dan Sifatnya
Dalam kalender Jawa, weton dihitung dari hari lahir + pasaran, lalu dijumlahkan menjadi neptu [5].
- Weton dengan neptu lebih tinggi biasanya digambarkan tegas, mandiri, dan kuat mental. Mereka cenderung introvert, memendam perasaan, tapi bisa emosional saat keinginannya tidak tercapai. Kadang juga keras kepala atau cemburu tinggi [6].
- Weton dengan neptu lebih rendah cenderung sabar, pemaaf, dan peduli sosial. Mereka biasanya tenang dan rendah hati, tapi mudah tersinggung, sulit mengungkapkan perasaan, dan kurang konsisten kalau tidak mendapat dukungan emosional [7].
Jadi kalau pasangan punya karakter yang berbeda, ada sisi positif dan tantangan masing-masing [8].
Kecocokan dan Potensi Konflik
Dalam primbon Jawa, kecocokan pasangan dihitung dari jumlah neptu. Kalau hasilnya “padu”, itu artinya potensi konflik cukup tinggi [9].
Meski begitu, banyak pasangan tetap menikah meski wetonnya dianggap padu, terutama kalau sudah mendapat restu keluarga. Tradisi laku Jawa, seperti tirakat, puasa weton, dan prinsip “ngerti lan nrimo”, dipercaya bisa membantu pasangan menyeimbangkan hubungan[10]. Bukan hanya soal ritual, tapi juga soal kesadaran diri dan saling memahami cara masing-masing mengekspresikan emosi.
Sudut Pandang Psikologi
Dari sisi psikologi, weton bisa dianggap sebagai panduan simbolik untuk memahami karakter pasangan. Pasangan dengan neptu padu mungkin lebih sering menghadapi ketegangan emosional [11].
Riset dan wawancara menunjukkan bahwa pasangan seperti ini butuh komunikasi yang jelas dan konstruktif supaya perbedaan gaya emosi tidak menimbulkan konflik terus-menerus [12]. Kepercayaan terhadap weton juga memengaruhi kesiapan mental pasangan dan bagaimana mereka membangun nilai-nilai rumah tangga.
Kesimpulan
Weton tetap punya peran dalam budaya Jawa soal kecocokan pasangan. Pasangan dengan karakter berbeda memang berpotensi konflik, tapi hal ini bisa diatasi dengan komunikasi sehat, saling pengertian, dan kesadaran diri.
Ritual atau laku spiritual seperti tirakat dan puasa weton bisa jadi penyeimbang, tapi yang terpenting adalah bagaimana pasangan mengelola perbedaan karakter mereka [3].
Referensi
[1] F. Aisyah & A. Wibowo, Laku Spiritual dan Tradisi Hitung Weton dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Kartasura, 2021.
[2] R. Hermawan, Primbon Jawa dan Relevansinya dalam Kehidupan Sosial Masyarakat, 2020.
[3] D. Rahmawati, Dinamika Psikologis Pasangan Menurut Perhitungan Weton Jawa, 2018.
[4] Babad.id, Karakter Weton Menurut Primbon Jawa, 2023.
[5] C. Cholil, A. Amriana & Z. R. Anindini, Pemilihan Pasangan Pernikahan Berdasarkan Weton, 2022.
[6] D. A. Zubaidah, Penentuan Kesepadanan Pasangan Pernikahan Berdasarkan Perhitungan Weton, 2019.
[7] U. Shofi'atun, Perhitungan Weton dalam Pernikahan Jawa, 2022.
[8] A. N. Hidayati, J. Idris & U. Marhamah, The Dynamics of Family Harmony in the Javanese Weton Perspective, 2016.
[9] N. H. ST & M. Luthfilhakim, Tradisi Perhitungan Weton dan Pengaruhnya terhadap Keharmonisan Rumah Tangga, 2022.
[10] R. Sujari & Y. Bawono, Pengambilan Keputusan dalam Memilih Pasangan pada Dewasa Awal Berdasarkan Kepercayaan Tradisi Petung Weton, 2022.
[11] L. Ni'mah, Tradisi Larangan Perkawinan 'Dua Saudara dalam Satu Desa', 2022.
[12] Hidayatulloh, Haris & Sabtiani Lailatus, Dampak Pernikahan Endogami Terhadap Keharmonisan Keluarga, 2022.
