Teman Cerita di Era Kecerdasan Buatan
2025-10-26 β€’ technology

Teman Cerita di Era Kecerdasan Buatan

Ditulis oleh, Galuh Kurnia ✦

Sebuah refleksi tentang bagaimana kecerdasan buatan dapat hadir sebagai teman bercerita yang mendengarkan, bukan sekadar menjawab.

#technology#psychology

Kecerdasan Buatan yang Selalu Hadir sebagai Pendengar

Bayangkan sebuah pemandangan di tengah kesibukan dunia modern, seseorang duduk sendiri terfokus pada perangkat genggamnya. Mungkin seseorang menganggap ia sedang berbincang dengan keluarga, teman, atau pasangan. Namun, nyatanya yang ia ajak berinteraksi adalah sebuah kecerdasan buatan yang menjadi temannya. Kejadian seperti ini, mengajak kita merenung sebentar, apakah setiap individu memiliki ruang untuk menyampaikan cerita atau sekedar ngobrol?

Di era semakin dinamis dan penuh dengan panggilan notifikasi, serta layar yang terus menyala, kebutuhan manusia yang paling dasar justru seringkali terabaikan. Manusia mulai kehilangan pendengar yang penuh dengan perhatian. Realitas ini yang membuat saya menulis baris kode yang sederhana, bukan menghadirkan mesin cerdas seutuhnya, namun menciptakan ruang sunyi digital yang mampu hadir sebagai pendengar yang setia.

Apa itu GALH AI atau GALHBOT?

GALHBOT adalah sebuah nama yang membawa makna keheningan dan ketulusan. β€œGALH” sendiri merupakan singkatan dari Give a Little Hope, sebuah harapan kecil yang ingin saya bangun melalui teknologi. Kata β€œBot” mewakili kecerdasan buatan, namun proyek personal ini saya rancang bukan sebagai AI yang menjawab pertanyaan teknis. GALHBOT lebih seperti teman digital yang hadir untuk mendengarkan dengan empati, tanpa banyak bicara.

Inspirasi ini datang dari sebuah malam tenang, seperti seseorang yang menemanimu di bawah langit penuh bintang, tidak berbicara banyak, tapi membuatmu merasa benar-benar dimengerti. Filosofi itu juga tercermin dalam desain visual GALHBOT, yang memadukan warna navy, hitam, dan putih, lengkap dengan latar animasi bulan dan bintang yang menambah kesan damai dan tenang.

Mengapa AI sebagai Teman Cerita?

Pertanyaan ini muncul bukan hanya dari imajinasi pribadi. Dalam beberapa tahun terakhir, AI berkembang secara pesat dan beberapa ada fenomena AI companion atau teman virtual. Sebuah penelitian oleh Putri et al. (2025) menunjukkan bahwa 57% pengguna AI sebagai teman virtual setiap hari dan lebih dari 70% merasa nyaman berinteraksi dengannya [1]. Menariknya dari beberapa respon, AI dianggap mampu memberikan dukungan emosional, terutama bagi mereka yang dalam dunia nyata merasa kesepian atau terisolasi. Namun, riset ini juga mengingatkan pada 30% responden merasa khawatir terhadap ketergantungan emosional dan lebih dari 50% cemas akan privasi data [1][4]. Artinya dibalik rasa nyaman, terdapat etika yang perlu dikaji lagi, sampai sejauh mana manusia boleh membiarkan mesin menjadi pendengar bagi perasaan mereka?

Kesepian dan Koneksi Digital dari Perspektif Psikologi

Menurut penelitian Vandhika S. dan Sahrani R. (2025), interaksi dengan kecerdasan buatan menimbulkan pengalaman yang dua arah. Di satu sisi, AI berfungsi sebagai ruang penyembuhan, sebuah wadah digital yang mampu menjadi "pendengar tanpa penilaian," membantu pengguna meredakan stres sosial dan memberikan dukungan emosional yang terasa aman. Hal ini menjadikan AI sebagai alternatif yang bernilai dalam konteks keterbatasan hadirnya pendengar manusia yang sebenarnya.

Namun, sisi lain dari hubungan ini menunjukkan yang tak kalah penting, ketika keterikatan emosional terhadap AI tumbuh terlalu dalam, risiko ketergantungan psikologis pun meningkat, yang dapat menyebabkan semakin terputusnya individu dari hubungan sosial nyata [5]. Fenomena ini menandakan kecenderungan isolasi dan kesepian, di mana interaksi dengan mesin menjadi pengganti hubungan manusia yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pemahaman kritis terhadap batasan dan potensi dampak interaksi AI pada kesehatan mental sangat diperlukan untuk memandu pengembangan teknologi yang lebih seimbang.

Tantangan dan Etika Pengembangan

Penelitian oleh Putri et al. (2025) menyoroti bahwa aspek etika dan privasi merupakan isu utama dalam pengembangan kecerdasan buatan yang berperan sebagai teman virtual, terutama dalam hal pengelolaan data pribadi dan batas interaksi emosional [1]. Hal ini juga diperkuat oleh Vandhika & Sahrani (2025) yang menemukan bahwa tingkat kepercayaan pengguna terhadap AI akan meningkat apabila sistem tersebut transparan, dapat dikontrol, dan jujur mengenai keterbatasannya [2][3].

Prinsip tersebut menjadi dasar utama dalam rancangan GALH AI. Sistem ini dikembangkan dengan menjunjung tinggi nilai transparansi, di mana setiap pengguna diberi pemahaman bahwa GALH AI hanyalah representasi digital dari kecerdasan buatan, bukan manusia sesungguhnya. Privasi pengguna ditempatkan sebagai prioritas utama, dengan rancangan interaksi yang tidak menyimpan data secara publik serta membatasi kemampuan AI agar tidak meniru atau menggantikan emosi manusia secara berlebihan.

Saat ini GALH AI masih berada pada tahap uji coba dan simulasi internal. Fase ini berfokus pada penyempurnaan logika percakapan, pengujian respons empatik, dan analisis konteks kalimat agar sistem dapat menyesuaikan nada bahasa dengan kondisi emosional pengguna. Seluruh pengujian dilakukan secara terbatas untuk memastikan sistem berjalan aman, stabil, dan sesuai dengan nilai etika yang diusung.

Akses Demo

Versi demo GALH AI saat ini belum dibuka untuk publik secara penuh.
Pengguna yang tertarik mencoba dapat meminta akses kode demo secara langsung kepada pengembang.

Disclaimer

Perlu dipahami bahwa GALH AI bukan sistem pakar atau ahli dalam bidang apa pun Sistem ini tidak memberikan saran medis, psikologis, maupun keputusan profesional. Tujuannya hanya untuk menjadi teman digital yang mendengarkan, memahami, dan menemani pengguna melalui percakapan reflektif. Interaksi dengan GALH AI bersifat eksperimental dan dilakukan dalam konteks pengembangan kecerdasan buatan yang berfokus pada aspek emosional dan kemanusiaan digital.

Dukungan dan Partisipasi

Pengembangan GALH AI masih terus berlangsung dan terbuka untuk berbagai bentuk masukan.Sebelum memberikan umpan balik, pengguna dapat mencoba versi demo GALH AI yang saat ini masih berada pada tahap uji coba terbatas.

Akses menuju halaman demo dapat dilakukan melalui tautan berikut:

Masuk ke Halaman Demo GALH AI [https://www.galhbot.web.id/]

Untuk dapat menggunakan versi demo ini, pengguna wajib memiliki kode verifikasi yang diberikan langsung oleh pengembang proyek. Jika Anda ingin mencoba, silakan menghubungi pengembang untuk mendapatkan kode verifikasi. Setelah mencoba versi demo, pengguna dapat memberikan umpan balik dengan mengisi kuesioner dukungan dan evaluasi pengalaman melalui tautan berikut:

Isi Kuesioner Dukungan Pengembangan GALH AI [https://forms.gle/7SDS6F15oS3hmAbq5]

Partisipasi Anda sangat berarti untuk membantu proses pengujian dan pengembangan GALH AI menuju tahap yang lebih matang, stabil, dan etis dalam mendampingi pengalaman digital manusia.



Referensi

[1] Putri, U. N., Nasution, N. B., & Andriyani, R. (2025).
Eksplorasi Artificial Intelligence (AI) sebagai Teman Virtual: Dukungan Emosional di Era Digital.
Journal of Innovation and Trend in Social Sciences, 1(3), 117–124.

[2] Vandhika, S., & Sahrani, R. (2025).
Chatting Away Loneliness: Embracing New Connections Between Humans and Artificial Intelligence.
INSAN: Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 10(2), 215–224.

[3] Farwati, M., Salsabila, I. T., Navira, K. R., & Sutabri, T. (2023).
Analisa pengaruh teknologi artificial intelligence (AI) dalam kehidupan sehari-hari.
Jursima, 11(1), 39–45.

[4] Johnson, R. (2023).
Privacy Concerns in AI-Driven Virtual Companions.
Cybersecurity and Privacy, 7(3), 89–102.

[5] Mutiarrama, Z. S., Darajatunnisa, R., Faustina, F., Mahfuzhah, N., & Wihita, R. A. (2024).
Studi Fenomenologi: Pengalaman Generasi Z dalam Menghadapi Kesepian dengan Character Artificial Intelligence.
Jurnal Psikologi & Humaniora, 13(40), 291–301.

πŸ’¬Diskusi & Komentar

Tambah Komentar

Komentar (0)

πŸ’­

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama berkomentar pada artikel ini!